Facebook Badge

IKHLAS

>> Rabu, 07 Oktober 2009

Pengertian

Secara bahasa, ikhlas berasal dari kata Khalasha yang berarti bersih atau murni. Secara istilah, ikhas berarti membersihkan hati dari maksud selain mengharapkan ridho Allah Azza wa Jalla.

Ikhlas merupakan salah satu amalan hati, bahkan ikhlas berada di barisan depan dari amal-amal hati, sebab amal tak bisa diterima sempurna kecuali dengannya.

Sebuah pekerjaan adalah ibarat sekujur tubuh ruhnya adalah jiwa ikhlas. Ketika tubuh tanpa ruh yang merupakan identitas utama pada tubuh tersebut bahkan sebagai penguat keberadaan tubuh, maka tubuh tak berarti apa-apa dan disebut sebagai mayat yang tidak bergerak, tidak bernafas dan bisa bermanfaat dan dimanfaatkan.

Dasar Keikhlasan

Ikhlas sangatlah penting dalam menyertai amal-amalya. Sahl bin Abdullah at-Tustary berkata, “Dunia ini adalah kebodohan dan kematian kecuali ilmu. Semua ilmu merupakan hujjah atas pemiliknya kecuali yang diamalkannya. Semua amal akan sia-sia kecuali ikhlas. Ikhlas dalam bahaya besar sehingga tetap berakhir dengannya.” Allah berfirman tentang setiap amal yang dimaksudkan untuk selainNya sebagai amal yang sia-sia (QS. 24: 23).

Dalam hadits riwayat Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada jasad dan rupa kalian, tetapi Dia melihat kepada hati kalian (niat dan keikhlasan” (HR Muslim). Allah hanya menginginkan hakikat amal, bukan rupa dan bentuknya. Maka Dia menolak setiap amal yang pelakunya tertipu dengan amalya.

Dalam Al-Quran Allah juga mengingatkan terhadap apa saja yang kita kerjakan seyogyanya ikhlas karena akan dilihat oleh Allah, Rasulullah dan semua orang-orang yang beriman. “Lakukanlah (perbuatlah) karena Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang beriman akan melihat apa-apa yang kamu kerjakan” (QS. At-Taubah:105)

Tujuan Ikhlash

Maksud dari mengikhlaskan diri kepada Allah adalah seseorang meniatkan ibadahnya untuk mendekatkan diri kepada Allah dan agar sampai kepada kemulian-Nya. Jika seorang hamba ingin menyembah sesuatu yang lain, dalam hal ini perlu dirinci sebagai berikut:

Pertama, tujuan dari mendekatkan diri kepada selain Allah itu adalah untuk ibadah dan mendapatkan pujian dari makhluk dari makhluk. Maka ini adalah amal yang sia-sia dan termasuk syirik. Dalam hadits shahih disebutkan dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa nabi Shallallahu Alahi wa Sallam bersabda, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Aku adalah sekutu yang paling tidak membutuhkan sekutu lainnya. Maka barang siapa melakukan suatu amal yang di dalamnya dia menyekutukan-Ku dengan selain-Ku, maka Aku akan meninggalkannya dan juga sekutunya. (Ditakhrij oleh muslim dalam kitab Az-Zuhdu wa Ar-Raqaiq, bab "Man Asyraka fi 'Amalihi Ghairallah." (2985).

Kedua, tujuannya adalah untuk mencapai tujuan keduniaan, seperti kepemimpinan, kewibawaan, dan harta benda, bukan untuk mendekatkan diri kepada Allah, maka amalnya itu adalah sia-sia, bukan termasuk mendekatkan diri kepada Allah, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka Balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan."

Perbedaan antara bagian ini dengan bagian sebelumnya adalah bahwa yang pertama tujuannya agar dia dipuji karenanya di samping beribadah kepada Allah, sedangkan yang kedua tujuannya bukan untuk mendapat pujian dalam ibadahnya dan tidak penting baginya apakah manusia memujinya karena hal itu atau tidak, yang penting dia mendapatkan keduniaan.

Ketiga, tujuannya untuk mendekatkan diri kepada Allah dan tujuan duniawi yang dihasilkan darinya. Seperti seorang yang berniat menyembah karena Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan bersuci agar badannya giat dan bersih. Dengan shalat seseorang juga berniat untuk melatih badan dan menggerakkannya. Dengan puasa berniat menguruskan badan dan mengurangi lemak. Dengan haji berniat menyaksikan syiar Islam dan orang-orang haji. Niat semacam ini dapat mengurangi pahala ikhlas tetapi jika yang dominan niatnya adalah untuk beribadah maka dia tidak akan mendapatkan pahala yang sempurna, tetapi hal itu tidak membahayakannya, seperti yang difirmankan Allah, "Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu." (Al-Baqarah: 198).

Dampak Umum Ketidakikhlasan

Berapa banyak kelompok masa atau organisasi masa yang tidak terlihat dampak positif pada mereka, tujuan mereka tidak seirama dengan tujuan sebuah organisasi yang sudah tertulis dengan baik, teratur dan tersepakati bahkan disahkan secara hokum. Yang pada akhirnya melenceng dari tujuan yang mulia, berpaling dari niat yang tulus tidak akan pernah sampai pada tujuan akhir yakni ibadah dan sebuah pengabdian terhadap Sang Pencipta. Yang dirasakan hanyalah kerugian secara materi dan immateri. (rugi pakaya rugi tanaga).

Hal yang demikian tiadalah heran, karena salahsatu penyebab utamanya adalah keikhlasan dalam diri semua personil yang terlibat pada organisasi tersebut belum manjadi kebiasaan, jiwa dan tabiat yang mengakar pada tubuhnya. Karena hampir semua anggota pada organisasi tersebut bertujuan untuk meraup keuntungan, atau mendapatkan penghormatan dari orang lain dalam organisasi tersebut atau di liar organisasi yang digeluti, atau mungkin karena tujuan untuk mendapatkan kredit point lembaga dan meraih kapasitas dan derajat yang lebih tinggi.

Seseorang yang tidak ikhlas sebagai gmbaran bagi kita adalah:

1. Jika dia menutupi apa yang ada dlam hatinya sebuah kebusukan moral, ketidakikhlasan, suatu saat akan terbongkar kebusukan tersebut. Walapun dia selalu berusaha untuk menutupinya.

2. Akan nampak perilaku-perilaku yang buruk walau dibungkus dengan perilaku yang baik,misalnya mempengaruhi orang lain dengan shadaqah, dengan mentraktir sesuatu, berbicara dengan dalil, mengghibahkan orang lain dll.

3. Semua orang sekelilingnya akan menjauhi dia secara perlahan, yang terhormat menjadi terhina, yang ternama menjadi buah bibir orang lain, yang berpengaruh akan merosot dan tidak lagi dipercaya.

4. Tidak lagi orang lain akan menolong dan membantunya dan menganggap semua pembicaan dan kelakuannya dusta belaka.

5. Jiwa dan semangat yang tidak ikhlas akan drastis atau perlahan berkurang, niat akan melenceng, dan selalu meninggalkan pekerjaan yang dianggap terpaksa dilakukan.

6. Selalu menganggap pendapat dan perbuatan orang lain tidak apa-apanya, dan menyepelekan hasil pekerjaan orang lain.

7. Tidak percaya dengan orang lain walau orang itu memberikan semangat dan mempercayainya.

8. Khianat terhadap amanah, selalu merekayasa siasat idenya, dan bicara terkadang dibumbui dengan dusta.

9. Akibat yang paling dirasakan oleh orang yang tidak ikhlas adalah kerugian secara materi, tenaga, akhlaq dan hidup selalu dalam ketidaktenangan, galau, kacau dan dibayang-banyangi terbongkarnya perilaku busuk yang sebenarnya.

Perilaku yang Mukhlish

Sebuah rahasia yang terpendam dan sebaiknya harus ada pada setiap orang jiwa ikhlas terhadap apa yang mereka kerjakan, apa yang mereka lakukan, apa yang mereka selenggarakan, apa yang mereka perbuat untuk umatnya, untuk negaranya, untuk bangsanya, untuk organisasinya dan untuk semuanya. Karena jiwa ikhlas pada seseorang itu akan berdampak pada sejauh mana orang lain akan terpengaruh dengan jiwanya ketika dia bicara, ketika dia berbuat, ketika dia menanggapi suatu persoalan. Terhadap seseoang yang mukhlis semua orang akan berdatangan minta pendapat, mohon perhatian, mohon dilakukan, mohon dengan egala kerendahan hati, mohon didoakan dan berbagai macam permohonan selalu berhamburan dating ke orang yang selalu ikhlas dalam perilakunya. Bahkan semua orang memberanikan dia (yang mukhlis) untuk bekerjasama, mengacungkan jempol bila berbuat, selalu memotivasi untuk menjadi yang terdepan dan semua orang akan percaya sepenuhnya padanya. Maka yang mukhlis itu sendiri akan bertambah keikhlasannya, bertambah sikap tawadhu’nya (rendah hati), bertambah ruh semangat dan ketekunannya.

Allah mengingatkan kita dalah surat Yaasin yang berbunyi: “Ikutilah orang-orang yang tidak pernah bertanya dan meminta balasan dri pekerjaannya dan mereka itulah orang-orang yang diberi petunjuk” (QS Yasin:21)

Ikhlash berarti Ibadah

Namun jika tujuan yang utama bukan untuk menyembah Allah, maka dia tidak mendapatkan pahala di akhirat melainkan hanya mendapatkan manfaat di dunia saja, dan bahkan saya takut dia berdosa karenanya, sebab dia menjadikan ibadah yang merupakan tujuan tertinggi hanya sebagai wasilah untuk kepentingan dunia yang hina. Maka tindakan dia ini seperti orang-orang yang difirmankan Allah, "dan di antara mereka ada orang yang mencelamu tentang (distribusi) zakat; jika mereka diberi sebahagian dari padanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebahagian dari padanya, dengan serta merta mereka menjadi marah." (At-Taubah: 58)

Dalam sunan Abu Daud dari Abi Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata bahwa seorang laki-laki berkata, "Ya Rasulullah seorang laki-laki ingin berjihad, tetapi tujuannya ingin mendapatkan kekayaan dunia." Nabi Shallallahu Alahi wa Sallam menjawab, "Dia tidak mendaptkan pahala." (Ditakhrij oleh Abu Dawud, kitab Jihad, bab "Fiman Yaghyu wa Yaltamisu Ad-Dunya", (2516) dan An-Nasai, kitab Al-Jihad bab, "Man Ghaza Yaltamisu Al-Ajra wa Adz-Dzikr", (3140)). Dia mengulangkan hingga tiga kali dan Nabi Shallallahu Alahi wa Sallam tetap menjawab, "Dia tidak mendapatkan pahala."

Dalam kitab shahihaini diriwayatkan, "Diriwayatkan dari Umar bin Al-Khattab Radhiyallahu Anhu berkata, "Rasululullah Shallallahu Alahi wa Sallam bersabda, "Sesungguhnya setiap amalan itu bergantung kepada niat. Sesungguhnya setiap orang itu akan mendapatkan sesuatu berdasarkan niatnya. Barang siapa yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu karena Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya untuk mendapatkan dunia dia akan mendapatkannya atau karena seorang perempuan yang ingin dikawininya maka hijrahnya itu mengikuti apa yang diniatkannya." (Diriwayatkan Bukhari dan Muslim). (Ditakhrij oleh Al-Bukhari dalam kitab Bad'u Al-Wahyi, bab "Kaifa Bad'u Al-Wahyi Ila Rasulillah", dan Muslim kitab Al-Imarah, bab "Innama Al-A'maal bin An-Niyyah". (1907).

Jika niat keduanya sama, baik niat untuk ibadah maupun niat selain ibadah, maka ada beberapa pendapat, tetapi pendapat yang paling mendekati kebenaran adalah tidak berpahala baginya seperti orang yang beramal karena Allah dan karena selain Allah.

Perbedaan antara bagian ini dan bagian sebelumnya adalah bahwa pada bagian sebelumnya, tujuannya bukan untuk beribadah tetapi dilakukan karena darurat, sehingga niatnya itu muncul karena dia melakukan sesuatu yang bersifat darurat, seakan-akan dia melakukan amal itu untuk tujuan dunia.

Jika ditanyakan apa ukuran yang bisa digunakan untuk mengukur bahwa tujuan dari suatu amalan lebih condong untuk ibadah atau bukan untuk ibadah?

Kami jawab, ukurannya bahwa jika seseorang tidak memperhatikan unsur-unsur selain ibadah, baik berhasil maupun tidak berhasil, maka itu menunjukkan bahwa tujuan utamanya adalah ibadah dan sebaliknya.

Yang jelas bahwa niat adalah perkataan hati masalahnya besar dan urgen, yang karenanya seorang hamba bisa sampai kepada derajat orang-orang yang jujur, tetapi juga bisa melemparkannya kepada derajat yang paling rendah. Sebagian salaf berkata, "Saya tidak melakukan sesuatu yang lebih berat daripada berusaha untuk senantiasa ikhlas." Kami memohon kepada Allah agar kita senantiasa bisa mengikhlaskan niat kita sehingga amal kita termasuk amal yang shalih.

Sumber: Syaikh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin, Fatawa arkaanil Islam atau Tuntunan Tanya Jawab Akidah, Shalat, Zakat, Puasa, dan Haji, terj. Munirul Abidin, M.Ag. (Darul Falah 1426 H.), hlm. 54 -57.

Membincangkan topik doa dan ikhlas adalah satu perkara yang berbeda.
Ikhlas adalah rahsia Allah. Doa pula ialah suatu ibadah yang ampuh untuk melawan musuh-musuh Allah samada Iblis, Syaitan, Jin atau manusia yang menjadi pengikut syaitan.dan merupakan senjata mukmin. Kita perlu berdoa sebanyak mungkin yang kita mampu . Doa merupakan ibadah. Allah amat menyukai orang yang sentiasa berdoa padanya. ” Berdoalah atau mohonlah kepada_Ku; pasti aku akan makbulkan”
(Surah Ghafir : 60).

Apabila doa dimakbulkan hajat akan tercapai dan musuh Allah dapat ditewaskan. Inilah kelebihan dan kekuatan yang Allah berikan kepada manusia.
Dari doa maka Allah tunjukkan ilham atau jalan untuk kita bertindak (ikhtiar) dan selepas itu kita disarankan pula bertawakal. Membincangkan doa dan ikhlas adalah satu topik yang berbeza.. Doa adalah amalan yang dilakukan oleh para rasul-n ,nabi-nabi dan para solihin. Nabi Adam ketika diturunkan ke dunia terus menerus berdoa supaya Allahmengampunkan kesilapannya..Contoh-contoh doa banyak terdapat di dalam kandunganAl-Quraan dan hadis Rasullulah.

Doa menunjukkan sikap kehambaan kita pada Allah..Bahawa Allah bersikap istiqna ( Terkaya Allah dari tiap2 sesuatu). Apa itu Ikhlas pula? Ikhlas itu adalah lawanya Isyrak (menyekutukan). Bererti hamba yang ikhlas itu imannya sesuatu yang murni tidak bercampur baur walau setitikpun! Untuk memudahkan pemahaman makna ikhlas Allah telah membuat satu perbandingan yang amat cantik yang bermaksud:-

” Sesungguhnya bahawa dalam hal kehidupan binatang ternak itu bagi kamu semua menjadi suatu ibarat atau pelajaran. Kami (Allah) memberikan minuman kepada kamu semua dengan apa yang ada dari dalam perutnya di antara tahi dan darah didapatkan susu yang murni bersih ditelan oleh orang-orang yang meminumnya” (Surah An-Nahl : 66)

Susu adalah hasil. Ikhlas juga adalah hasil dari proses sifat ketaqwaan dan kepatuhan hamba Allah. ( KAMI DENGAR DAN KAMI PATUH) Jika direnung secara mendalam kita akan lebih memahami makna ikhlas. Sepertimana yang telah dinyatakan Allah : Ikhlas adalah rahsiaKU. Kita akan dapat jawapannya nanti samaada kita ikhlas atau tidak bila kita dipertemukan dengan Allah. Namun begitu Allah amat penyayang dan pengasih. Melalui para Anbia dan rasul-rasul , dan akhir sekali daripada Nabi junjugan melalui wahyu iaitu Al-quraan dan juga hadis Rasullulah maka jalan. Untuk ikhlas ditunjukkan. Kuncinya ialah jangan sesekali kita menyekutukan ibadah kita kepada yang lain melainkan ALLAH. Kunci ikhlas ialah pada kalimah LAILLAHAILLAH. Sepanjang kehidupan kita pelbagai ujian yang kita terima susah dan senang. Ujian Allah adalah suatu proses penapisan supaya segala amal kita akan jadi seperti ”susu”.

Himbauan

Hendaknya setiap generasi muslim selalu ikhlas dalam melakukan apa saja untuk kepentingan umat, agama dan bangsa. Jangan pernah apa yang dilakukan dirinya berharap balasan secara materi maupun immateri. Hendaknya selalu menghindari sikap setiap perbuatannya atau karyanya dihargakan secara materi. Hindari tujuan mendapatkan pujian orang lain. Karena semua ini adalah sikap dan sifat orang-orang Munafik di hadapan Allah. Munafik selalu mengatasnamakan agama untuk kepentingan dunianya, mengatasnamakan keyakinan demi meraup keuntungan dengan kesesatan atau kebusukan diri.

Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang tidak ikhlas dan senantuasa Allah menjauhkan kita dri sifat-sifat tersebut.

Wallahu a’lam

Selengkapnya...

SEKILAS PENDIDIKAN KITA

>> Senin, 18 Mei 2009

Nasib Pendidikan di Indonesia

Berdasarkan laporan bidang pendidikan oleh United Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) yang dirilis November 2008, Indonesia menduduki peringkat 71 dari 129 negara. Laporan bertajuk "Education for All (EFA) Global Monitoring Report" itu, antara lain menyoroti pendidikan dasar dan kesempatan bagi anak perempuan untuk menikmati pendidikan.
Laporan itu sungguh tidak menggembirakan karena pada 2007, Indonesia menduduki peringkat 62 dari 130 negara, dan pada 2006 justru bertengger di tangga 58. Artinya, selama tiga tahun terakhir pendidikan Indonesia terus terpuruk.
Sejalan dengan laporan badan dunia itu, data pendidikan di Indonesia pada 2008 menunjukkan bahwa angka partisipasi murni (APM) tingkat SD/MI mencapai 95 persen, sedangkan tingkat SMP/MTs baru mencapai 71,83 persen. Sementara itu, angka partisipasi kasar (APK) SMA/MA/SMK 2006 hanya sebesar 55,22 persen dan yang menyedihkan adalah APK pendidikan tinggi hanya mencapai 16,70 persen.
Tingkat partisipasi yang secara gradasi terus menurun, mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi itu, masih harus dipangkas dengan angka putus sekolah, mulai dari tingkat SD yang mencapai 2,97 persen, SMP 2,42 persen, SMA 3,06 persen, dan pendidikan tinggi 5,9 persen. Beban ekonomi rakyat yang semakin berat dari tahun ke tahun, menjadi faktor utama munculnya kasus putus sekolah. Kenyataan tersebut masih diperparah dengan tingginya jumlah warga negara yang buta huruf. Data yang ada menunjukkan masih ada 15,4 juta penduduk berusia di atas 15 tahun yang menderita buta aksara. Kondisi itu jauh dari harapan para founding fathers

Begitu terpuruknya pendidikan di Indonesia, padahal negeri jiran sendiri pasca kemerdekaan belajar banyak ke Indonesia soal pendidikan. Walhasil sekarang pendidikan di Malaysia lebih unggul beberapa tingkat kualitasnya dibanding nasib pendidikan di Indonesia sendiri. Lebih terkejut lagi Indonesia mendapatkan peringkat ke-62 (Unesco, Nopember 2007) yang sebelumnya ke-58, sebaliknya Malaysia dari peringkat ke-62 menjadi ke-56.
Dengan berlatar kekalahan kualitas pendidikan tersebut, maka pemerintah sangat memerankan diri dalam terwujudnya kualitas pendidikan yang baik dan dapat diperhitungkan dunia, semakin giat untuk mewujudkan ketertingalan tersebut.
Faktor ketertinggalan tersebut lebih banyak disebabkan oleh kemalasan bangsa Indonesia sendiri, keterlenaan bangsa Indonesia dengan sumber daya alam yang mempesona dan sangat mungkin disebabkan oleh keminiman dana pendidikan yang ditargetkan 20% dari APBN selalu dikorup para petinggi pemerintahan baik pusat maupun daerah. Yang pada akhirnya pendidikan terabaikan dan termarjinalkan ke jurang keterpurukan.
Pemerintah sendiri kurang menghargai terhadap warna negara yang berprestasi yang ikut justru membawa nama baik bangsa dan negara di ajang international, karena lebih mengedepankan prestasi properti dan lebih sibuk dengan nepotisme dan kolusi para pejabat. Makin besar tingkat ketidaksadaran bangsa terhadap pendidikan makin besar pula tingkat kecurangan, nepotisme dan kolusi yang jelas memperkeruh nilai sebuah pendidikan. Beberapa tahun lalu dan mungkin masih berjalan hingga sekarang, pendaftaran bagi sekolah-sekolah dan perguruan tinggi yang bonafid dan berkualitas tentunya harus didukung oleh uang yang banyak. Hingga kesempatan pendidikan bagi yang berprestasi tanpa uang agaknya tak bisa terjangkau pada pendidikan berkualitas. Akhirnya yang lulus daftar, lulus testing, lulus sekolah hanyalah orang-orang yang berada dan walau menyandang nilai yang kurang bukan siswa yang cerdas dan pintar lagi miskin. Terbukti republik ini dipimpin dan digerakkan oleh orang-oarng yang sebagian kuliatas intelektualnya di bawah standar dan tidak cerdas baik dalam instansi legislatif maupun eksekutif. id="fullpost">

Demokratisasi Pendidikan?

Sisi lain demokratisasi pendidikan juga tidak nampak pra reformasi di Indonesia, hingga mahasiswa dan pelajar yang agak vokal mengkritisi kebijakan pemerintah selalu dicekal bahkan dipenjarakan. Yang pemerintah ingginkan pra reformasi dulu adalah warga negara yang manggut, sumuhun dawuh saja, hingga kelak menjadi pegawai pemerintah pun akan melakukan sesuatu yang asal bapak senang. Apatah lagi kalau seorang pelajar vocal dengan prinsip keislamannya… wah jauh sekali untuk menjadi seorang pemegang kekuasaan di negeri ini. Terlebih-lebih yang paham keislamannya tinggi dan sikap ketaatnya teruji dan konsekuaen. Hingga pemerintah di zaman orde baru sangat tidak memperhatikan lembga-lembaga pendidikan yang berbau agama khususnya Islam. Pesantren adalah salahsatu lembaga pendidikan yang menjadi korban dan tidak pernah terlegalisasi di Indonesia. Baru beberapa tahun ini saja Departeman Agama dan Depdiknas mengakui dan mulai melirik keberadaan pesantren yang disebut sebuah lembaga pendidikan yang melahirkan generasi-generasi mumpuni.
Sebelum reformasi dulu apalagi pada orde baru silam, betapa rendahnya pendidikan swasta apalagi swasta yang berbnuansa Islam, sangat tidak berharga dalam pandangan pemerhati pendidikan, dikucilakn dan bahkan dianggap tidak sekolah, bukan pendidikan yang nasionalis. Bukankah lulusan pesantren dulu tidak boleh masuk perguruan tinggi karena ijazahnya tidak diakui? Bukankah itu pelecehan pendidikan, dan bukankah yang dibutuhkan kualitas dengan tidak mengesampingkan kuantitas? Semua lulusan pesantren harus mengikuti Ujian Negara yang dikelaola pemerintah saat itu. Bukankah pangkalnya adalah pemerintah tidak mau melegalkan pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan yang sudah teruji dalam hal keagamaan?

Reformasi Pendidikan

Setelah berakhir kejayaan rezim Orde Baru, lahirlah reformasi pendidikan yang lebih merakyat dan dapat dirasakan pendidikan oleh semua warga negara Indonesia. Pendidikan dicanangkan sebagai proses yang mutlak harus dirasakan oleh setiap warga negara Indonesia terlebih-lebih pendidikan dasar selama sembilan tahun yakni sekolah dasar/ibtidaiyah selama enam tahun dan sekolah menengah/tsanawiyah selama tiga tahun. Dicanangkan oleh Depdiknas dan Depag RI sebagai program wajib belajar untuk warga negara yang berusia sekolah pada tingkat tersebut. Hingga tidak ada lagi bangsa Indonesia yang tidak selesai mengenyam pendiikan dan tidak ada lagi warga negara yang buta huruf dan buta baca. Menjelang era globalisasi diharapkan bangsa yang memiliki kebhinekaan ini sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia, yakni siap mengahadapi era globalisasi pedidikan kelak.
Dalam kenyataannya di beberapa daerah sudah semakin terasa, khususnya oleh lembaga-lembaga pendidikan swasta di negeri ini, apalagi sejak diberlakukannya otonomi pendidikan. Tidak lagi sekolah-sekolah negeri yang harus bernilai tinggi, mendapatkan sumbangan pendidikan lebih diprioritaskan, tidak lagi guru negeri saja yang mampu bersaing untuk meningkatkan kulaitasnya, akan tetapi sekolah-seklah swasta sudah banyak yang mampu menujukkan identitas dirinya sebagai lembaga yang mampu menelorkan alumni atau lulusan yang berkualitas. Profesi guru disandang oleh pra pendidik di lembaga-lembaga swasta juga bisa bersaing dengan program sertifikasi yang dicanangkan pemerintah. Kucuran dana pembangunan dan kelancaran pendidikan juga dirasakan oleh lembaga-lembaga swasta di seluruh peloksok negeri ini alau belum merana batul. Segala bentuk bantuan juga dapat dirasakan oleh semua siswa/pelajar yang mengenyam pendidikan. Beasiswa juga hampirsetiap instansi dan depatemen mencanangkang dan ikut membantu berpartisipasi terwujudnya program pemerintah ini.

Sekolah berbasis Pesantren

Kian menjamur pendidikan yang mengatasnamankan pesantren dengan berbagai macam nama boarding school, sekolah Islam terpadu dan pesantren terpadu lainnya. Semua nama itu jelaslah mengatasnamakan pesantren walau ada sedikit perbedaan yang tidak terlalu signifikan. Diakui atau tidak sejak adanya pesantren pra kemerdekaan dan pasca kemerdekaan republik ini telah nyata dan terbukti bahwa keberadaan pesantren sangat diperhitungkan dalam perwujudan eksistensi negeri ini. Orang-orang pesantren justru lebih banyak andil dalam memeperjuangkan kemerdekaan bangsa ini dari rezim penjajajahan yang sekian abad lamanya. Dunia pesantren sudah tidak asing lagi bagi kita, bagi semua warga negara Indonesia. Istilah pesantren mungkin hanya di Indonesia, karena Indonesia terdiri atas berbagai suku, bangsa, adat, ras dan agama serta budaya yang ikut juga mempengaruhi perkembangan. Pesantren yang ikut memberikan sumbangsih terhadap perkembangan pendiidikan di Indonesia ini memang cukup handal dalam menentang budaya barat dan penjajahan budaya lewat pendidikan pada umumnya. Bahkan yang paling dihawatirkan oleh bangsa barat adalah lembaga pendidikan yang bernama pesabren. Hal ini karena orang-orang pesantren sangat kuat kemandiriannya, keikhlasannya, kesederhanaannya, memegang teguh terhadap prinsip-prinsip keisalaman dan konsisten terhadap pengkaderan ulama dan tokoh masyarakat. Bahkan tidak sedikit negera-negara sekuler yang mengangap terorisme justru lahir dari pesantren. Sekali lagi pesantren bukan tempat mencetak teroris, pesantren bukan sarang teroris.
Selaras dengan perkembangannya bhwa pesantren berkembang sesuai budaya dan kebutuhan masyarakat, maka terjadilah beberapa jenis pesantren yang berkembang di Indonesia. Sebagian pesantren ada yang mengembangkan kitab-kitab Turats (kitab kuning) tanpa mempelajari kitab-kitab modern atau pendidikan umum. Ada juga pesntren yang mengembangkan pendidkan persekolahan yang berupaya menghilangkan kesan dikotomis antara pendidikan agama dan pendidikan umum. Lebih dari itu ada juga pesantren yang mengembangkan pendidikan terpadu antara pendidikan umum dan agama yang dilengkapi disiplin hidup sebagai masyarakat muslim yang militan dan modern dengan sistem yang modern baik aturan dan sunah-sunah yang berlaku.
Dilihat dari sisi kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang bernama pesantren ini banyak keungulan yang didapat yang sudah merupakan sistem program pendidikan pesantren. Keunggulan ini sudah terbukti dan berjalan dengan baik dan teruji, di antaranya kesederhanaan, keikhlasan, persaudaran Islam (ukhuwah islamiyah), kemandirian, dan kebebasan. Sementara sekolah yang dikembangkan pemerintah memiliki keunggulan yang berbeda di antaranya adalah pendidikan umum lebih diutamanakan, iptek yang selalu dikembangkan, adminstrasi yang tersistem baik, profesianlaiisme pendididk yang sesuai porsi secara proporsional.


Selengkapnya...

Anak Adalah Fitnah

Anak Adalah Fitnah

Pengikut

Pesan Rosulullah

"Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada jasad dan rupa kalian, tetapi Dia melihat kepada hati kalian (niat dan keikhlasan” (HR Muslim)

  © Blogger templates Sunset by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP