Facebook Badge

MEMPERTANYAKAN KEDUDUKAN WANITA DALAM ISLAM

>> Senin, 27 April 2009



Seringkali kita mendengar pertanyaan : "Mengapa wanita tidak setara dengan pria dalam Islam ? Pria boleh menjadi pemimpin, kenapa wanita tidak ?" atau sekedar pernyataan : "Islam tidak mendukung emansipasi wanita, Islam diskriminatif.." dsb.


Pertanyaan - pertanyaan tersebut biasanya muncul sebagai tanggapan terhadap ayat Al-Qur'an : "Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka" (QS. An-Nisa': 34)

Penentangan terhadap ayat ini semakin banyak, seiring dengan semakin kerasnya dengung emansipasi wanita di negeri - negeri barat. Mereka membantah, apalagi setelah para wanita itu bekerja dan merasa mempunyai penghasilan sendiri.

Bagi kita umat Islam, tentu saja tidak akan membantah isi Al-Qur'an. Akan tetapi karena minimnya ilmu dan rusaknya pemikiran karena pengaruh perang pemikiran yang dilancarkan oleh musuh - musuh Islam, maka banyak yang berusaha memaknai ayat ini dengan konteks yang disesuaikan dengan pemikiran emansipasi wanita ala barat sehingga yang muncul adalah penafsiran yang salah total.

Lalu..., bagaimana sebenarnya Islam menempatkan wanita ???

Saya tidak akan membahas tentang bagaimana sebenarnya Islam telah melakukan emansipasi wanita jauh sebelum orang - orang barat melakukanya. Topik ini terasa basi dan kebanyakan tidak membarikan kepuasan kepada pembaca. Saya akan berusaha untuk memberikan sedikit analisa mendasar yang sebenarnya cukup sederhana tentang bagaimana Islam memposisikan wanita.

Namun sebelumnya, mari kita luruskan pemikiran kita.

Pertama,
Dalam menyikapi ayat 34 surat An-Nisa' tersebut, kita sebagai seorang muslim seharusnya menerima dengan totalitas, tanpa mempertanyakan. Inilah kepribadian muslim dalam menerima apa yang datang dari Allah dan Rasul-Nya : "Sami'na wa Ato'na" , kami dengar dan kami patuh.

Lihatlah firman Allah : "Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata."(QS. Al-Ahzab : 36)

Dalam menerima apa yang datang dari Allah dan Rasul-Nya ; kita hanya hanya patut untuk mencari hikmah dan ibroh (pelajaran) yang terkandung di dalamnya, dan bukan mempertanyakan tentang esensi ketentuanya.

Sebagai contoh : ketika kita menerima ketetapan Allah tentang pengharaman babi, maka sikap kita dalam menanggapi ayat tersebut bukanlah : kenapa babi diharamkan ?, akan tetapi kita terima ketetapan tersebut apa adanya. Kalaupun kemudian kita meneliti dan menemukan bahwa di daging babi terdapat cacing pita (yang berbahaya bagi kesehatan), maka kita terima hal itu sebagai hikmah dari ketetapan Allah, bukan esensi dari ketetapan tersebut. Dengan kata lain ; babi itu haram bukan karena ada cacing pita, tetapi haram karena Allah menetapkanya demikian. Dengan begitu babi tetaplah haram meskipun anda bisa menghilangkan cacing pita dalam daging babi tersebut.

Kedua,
Tentang tafsir ayat 34 surat An-Nisa' tersebut : maka arti dari ayat tersebut adalah laki - laki menjadi pemimpin atas wanita, dan kepemimpinan tersebut bukan hanya dalam rumah tangga, melainkan dalam berbagai segi yang ditetapkan oleh Allah, dalam hal ini termasuk imam dalam sholat dan juga kepemimpinan negara. Jika anda tidak puas dengan hal ini silahkan merujuk kepada kitab - kitab tafsir dan ulama' - ulama' yang terpercaya.

Selanjutnya pertanyaan;
Kenapa Islam berlaku diskriminatif terhadap wanita ?

Jawabanya adalah : jika anda mengartikan diskriminatif ini sebagai membedakan, maka ya!!. Islam membedakan antara pria dan wanita karena pria dan wanita memang berbeda. Mulai dari kondisi fisiologis sampai psikologis, pria dan wanita secara alami berbeda. Inilah karunia Allah yang menciptakan makhluknya berpasang - pasangan sehingga bisa saling melengkapi.

Namun jika anda mengartikan diskriminatif sebagai merendahkan, maka jawabanya tidak sama sekali. Islam sama sekali tidak merendahkan wanita. Mereka memilliki derajad yang sama.

Jika anda berkata :
Bukankah pria menjadi pemimpin atas wanita, berarti islam mengangkat derajad pria di atas wanita !!. Jawabanya adalah : atas dasar apa anda menyatakan bahwa karena pria menjadi pemimpin atas wanita lantas saja berarti pria lebih mulia dari wanita ???

Sungguh penilaian seperti itu adalah penilaian orang yang pemikiranya sudah rusak oleh keduniawian, yang menilai derajad seseorang berdasarkan pangkat dan jabatan. Sungguh Islam bersih dari penilaian yang picik seperti itu karena Islam tidak menilai derajad manusia berdasarkan pangkatnya, ataupun berdasar hartanya. Tetapi Islam menilai derajad manusia berdasar ketaqwaannya. Lihatlah firman Allah : "Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa" (QS. Al-Hujurat : 13)

Maka bisa dikatakan bahwa : meskipun pria menjadi pemimpin atas wanita, bukan berarti pria lebih mulia dari wanita, karena yang lebih mulia di antara mereka adalah yang lebih bertaqwa, dan bukan yang lebih tinggi pangkatnya. Atau bisa dikatakan bahwa Islam sama sekali tidak mendudukan wanita di bawah pria.

Jika anda kembali bertanya :
Kenapa Islam menjadikan pria dan wanita berbeda ? kenapa pria boleh menjadi pemimpin atas wanita sedang wanita tidak boleh menjadi pemimpin atas pria ?

Maka jawabanya : inilah keadilan Allah. dan harus difahami bahwa makna adil adalah menempatkan sesuatu pada tempat yang seharusnya, dan bukannya menyamaratakan segala sesuatu. Kita tentu sering mendengar ilustrasi tentang hal ini, misalnya : jika seorang ibu ingin memberikan uang saku kepada dua orang anaknya ; yang satu mahasiswa dan yang satu masih TK, maka besar uang saku yang diberika berbeda sesuai dengan kebutuhan anaknya, dan bukanya sama rata. Justru jika sang ibu memberikan uang saku anaknya yang mahasiswa sama besar dengan uang saku anaknya yang masih TK, sang ibu telah bertindak tidak adil.

Islam menempatkan wanita pada posisi yang sesuai, pada posisi yang jika seorang pria mengisi posisi tersebut, dia tidak akan mampu menjalankan tugasnya sebaik jika wanita yang melaksanakanya. Apa posisi itu ? banyak. Diantaranya yang paling penting adalah posisi untuk membina anak - anaknya. Posisi ini sangat penting untuk membentuk calon - calon penerus di masa depan. Dan kalaupun seorang wanita tidak menjadi pemimpin, toh dialah yang menyiapkan calon - calon pemimpin masa depan.

Lalainya wanita terhadap posisi ini (karena efek emansipasi ala barat yang sangat merusak) menimbulkan efek yang bisa kita lihat saat ini, bagaimana dekadensi moral dan rusaknya akhlaq remaja merajalela. Tentu saja ini bukan semata kesalahan wanita ; tapi toh kelalaian wanita ( dalam hal ini mengabaikan tugas untuk membimbing anak - anaknya demi mengejar karir, dll ) merupakan tembok pertahanan pertama yang rusak.

Bukankah adil jika Islam mewajibkan para istri untuk membina anak - anak mereka, maka Islam juga mewajibkan para suami untuk memberi nafkah pada keluarga mereka ? Bukankah adil jika Islam menjadikan pria sebagai pemimpin, maka Islam menjadikan wanita sebagai guru para pemimpin?

Jika kemudian anda masih bertanya :
Kenapa laki - laki yang dijadikan pemimpin ? bukan wanita ? toh bisa saja wanita dijadikan pemimpin dan pria dijadikan pembina?


Maka jawabanya adalah : inilah ketentuan Allah yang tentu bisa anda cari sendiri hikmahnya. Dan sekali lagi ; sikap kita dalam menerima ketentuan dari Allah dan Rasulnya adalah "sami'na wa ato'na" kami dengar dan kami patuh.

Jika dengan banyaknya ketentuan - ketentuan dalam Islam anda merasa terkekang, maka itulah harga yang harus anda bayar untuk mendapatkan surga. Bukankah Allah telah berfirman : "Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar."(QS. At-Tubah : 111

2 komentar:

dede firdaus 1 Juni 2009 pukul 09.43  

SUbhanallah hebattustadz... hasil pemikiran yangmendalam... apa lgi pas penjelasan konsep keadilan dalm islam.... sungguh bijak .

Hafidh 2 Juni 2009 pukul 20.02  

Subhanallah, begitulah kebijakan Allah yang Maha Bijaksana. Kedailan yang dipersembahkan oleh Allah oleh Islam adalah seadil-adilnya. Terkadang kita sebagai hamba-Nya yang belum memahami konsep tersebut secara faktual dan konseptual yang berdasar pada sumber hukum kita itu.
Wallau a'lam.
Makasih ustadz atas komentarnya, smoga manfaat tuk kita smua.

Anak Adalah Fitnah

Anak Adalah Fitnah

Pengikut

Pesan Rosulullah

"Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada jasad dan rupa kalian, tetapi Dia melihat kepada hati kalian (niat dan keikhlasan” (HR Muslim)

  © Blogger templates Sunset by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP